Suatu hari, saat ketiganya (Kaka Fa, abang Dza, dan baby Za) lagi asyik bermain.
tiba-tiba:
Dza: " iih adek Zaa, itu makan apaa?" sambil berusaha membuka mulut adeknya.
si adek tentu saja ga mau dipaksa
Dza: " ayooo, adek Za makan apaa? kakaak, liat itu adek Za makan apa ya?" meminta bantuan kepada kakaknya agar bisa membuka mulut adek Za.
Yang ada dikipiran saya waktu itu adalah sedikit jengkel. kenapa pulaa kakak-kakaknya ini harus memaksa adeknya buka mulut hanya untuk tau makanan apa yg sedang dikunyah baby Za.
sebelum saya menegur kaka Fa dan abang Dza,
tiba- tiba abang Dza ngomong ke kakaknya
" oww ituu, adek ZA makan kue ya K'. tadi abang kirain adek makan lego" karena kebetulan mereka memang lagi asyik main lego.
Ya Allaah, untuuung tadi sy belum sempat menegur. padahal tadi sudah mempersiapkan kalimat panjang untuk menegur mereka karen telah memaksa adeknya hanya demi makanan yg ada di dalam mulut. karena tadi yang ada dipikiran saya, kakak dan abang ini memaksa adeknya membuka mulut karena ingin tau makanan apa yang dimakan oleh sang adik.
ternyataaa, saya telah berprasangka buruk. Niat mereka baik. Berusaha melindungi sang adek dari hal berbahya. karena memang setiap mereka akan bermain lego, saya selalu mengingatkan untuk tidak di dekat baby Za karena khawatir bagian-bagian lego yang kecil bisa tertelan olehnya.
Duuh maafkan ummi sudah berdzuuzhon kepada kalian berdua.
Kemampuan mendengarkan, merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh para orangtua.
"aah.. kalau itu sih gampaaang"
Oww iya? betulkah segampang itu?
Dalam prakteknya, mendengar atau menjadi pendengar yang baik ternyata tidak semudah yang diucapkan. terutama jika menjadi pendengar bagi anak-anak.
Selalu saja ada godaan kuat untuk memotong pembicaraan mereka tanpa mau bersabar menunggu endingnya.
Belajarlah mendengarkan hingga tuntas, timpali sesekali aja dengan kata-kata pendek hanya sebagai penegasan kalau kita menyimak mereka. karena terkadang ending kisahnya jauh dari dugaan kita.
Jika kita berhasil menjadi pendengar yang baik bagi mereka, maka bisa jadi modal awal bagi hubungan orgtua dan anak. anak-anak akan memganggap orangtuanya merupakan tempat yang asyik untuk bercerita sehingga tidak perlu mencari tempat curhat di luar sana.
Sebaliknya, jika terlalu sering memotong cerita anak tanpa tau apa ending dari kisahnya, bisa jadi anak-anak tidak akan mau lagi bercerita kepada orangtuanya. Toh selama ini, sebelum ceritanya selesai para orangtua sudah bisa menebak sendiri endingnya yang tentu saja berdasarkan versi para orangtua tanpa pernah mau tahu, ending cerita yang sebenarnya.
menjadi pendengar yang baik bagi anak, agar mereka juga menjadi pendengar yang baik bagi orang-orang disekitarnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar